Mungkin bagi Chloe sendiri, jiwanya sudah kelewat sakit.
Matanya memandang warna, tapi batinnya sebatas hitam atau putih — bukan, malah, semuanya abu dan hitam. Tak ada putih; tak ada gradasi cahaya yang seringnya ada di arsiran monokrom.
Dan Sam, di depannya, adalah satu-satunya putih. Anomali yang menurutnya harus tak hadir di hidupnya: di perasaan yang sudah merengek mati sejak kemarin.
Dan putih, selamanya akan putih. Harusnya bertemu dengan mereka yang putih juga, bukan dia yang punya bercak hitam di hati terdalamnya.
“Chloe, aku tau kamu sakit. Tapi kita hadapi bersama, ya?”
Omong kosong. Kau tidak bisa; aku tidak boleh. Kau tidak tau, tolong jangan katakan apapun.
“Chloe, aku — “
Tolong, berhenti.
“Chloe — “
Berhenti. Tolong.
Kau tak paham. Aku sudah hancur. Kau tak seharusnya di sini, berlutut memohon. Kau tak seharusnya berharap.
Kau tak pantas.
Jadi, kumohon, berhenti.